Senin, 24 September 2007
Uriner
Sebuah uriner menjerit keras
berteriak lantang laksana gemuruh
keluarkan semua isi hati
keluh kesah sepanjang hidup
"Aku bosan !!!!!!!" jeritnya kencang
"aku tak mau lagi dikencingi"
"aku tak mau lagi mencium bau pesing"
"aku tak mau lagi melihat burung-burung itu"
Sebuah uriner menatap wastafel
ditempat yg lebih tinggi
ditempat yg lebih terhormat
dengan pekerjaan yg lebih berwibawa
"Aku mau seperti dia !!!" jeritnya iri
"tak ada lagi bau pesing"
"tak ada lagi burung-burung sialan itu"
"hanya ada tangan yg bersahaja"
Sebuah uriner terperanjat sangat
ditempat yg lebih rendah
ditempat yg lebih kotor
sebuah kloset menegur kasar
"Mengapa tak kau lihat aku !!!" ujarnya geram
"tak hanya pesing tapi juga bau tai"
"harusnya kau bersyukur"
"sedikit lebih beruntung dari ku"
berteriak lantang laksana gemuruh
keluarkan semua isi hati
keluh kesah sepanjang hidup
"Aku bosan !!!!!!!" jeritnya kencang
"aku tak mau lagi dikencingi"
"aku tak mau lagi mencium bau pesing"
"aku tak mau lagi melihat burung-burung itu"
Sebuah uriner menatap wastafel
ditempat yg lebih tinggi
ditempat yg lebih terhormat
dengan pekerjaan yg lebih berwibawa
"Aku mau seperti dia !!!" jeritnya iri
"tak ada lagi bau pesing"
"tak ada lagi burung-burung sialan itu"
"hanya ada tangan yg bersahaja"
Sebuah uriner terperanjat sangat
ditempat yg lebih rendah
ditempat yg lebih kotor
sebuah kloset menegur kasar
"Mengapa tak kau lihat aku !!!" ujarnya geram
"tak hanya pesing tapi juga bau tai"
"harusnya kau bersyukur"
"sedikit lebih beruntung dari ku"
Label: puisi
Berlangganan Postingan [Atom]