Selasa, 29 Januari 2008

 

Sepeda Kota

Tugu Tani depan Danamon. 22 Februari 2007, 19:33

Label:


 

Tangisan di pinggir jalan

Seorang wanita setengah baya menangis dipinggir jalan. Di pagi hari, disebuah jalan yg berdebu, penuh asap dan mulai panas. Dia terisak di sepanjang detik-detik penantiannya menunggu iring-iringan rombongan pengantar jenazah Jendral Besar (Purn) H. M. Soeharto. Tangisnya pun menjadi tatkala iring-iringan melewatinya dengan disertai seruan sirene kereta jenazah yg sepertinya menyayat hatinya. Airmata yg jatuh perlahan dari matanya, pipi, dagu hingga jatuh ke bumi menjadi bukti pilunya sebuah kehilangan.

Sang Jendral tidak mengenalnya, dia bukan kerabat dekatnya, bukan bawahannya, bukan lawan politiknya, bukan juga teman. Dia hanya seorang rakyat biasa yg merindukan saat-saat negeri ini dipimpin oleh seorang presiden bernama Soeharto. Dimana dia tak perlu susah payah mengantri untuk seliter minyak tanah, dimana harga beras dan kebutuhan pokok lainnya tidaklah semahal sekarang.

Dia terus menangis hingga rombongan terakhir terlihat menjauhinya hingga menghilang. Berharap agar hidupnya tidak bertambah susah lagi.

Mungkin jika saat ini pemerintah memperhatikan kebutuhan rakyatnya dengan baik dan benar, dia tak kan menangis seperti itu.

Selamat jalan.

Label:


 

Just see and never touch

Setelah kejadian kemben melorot, bukan sekali, dia sepertinya biasa aja, seperti tak ada hal yg penting yang terjadi padanya. Padahal bagian itu adalah bagian yg penting bagi wanita sehingga mereka menutup-nutupinya dengan apik, walau ada yg ditutup sekedarnya tapi yg penting bagian puncaknya tidak terlihat. Dia pun hanya berkomantar biasa saja.

Hal ini mungkin menjadi bahan pertimbangan seorang pria, sebutlah yg kesepian, yg agak "sakit", yg agak parno. Pria tersebut merasakan ada sebuah peluang untuk mewujudkan fantasinya menjamah sebuah benda yang selama ini hanya bisa dia lihat dibalik balutan minim benang.

"Kalau benda itu bisa terlihat di mata publik, walau secara tidak disengaja dan dia pun biasa-biasa saja, berarti tangan ini pun bisa ikut melihatnya, karena dia pun akan merasa biasa-biasa saja juga bukan?"
Mungkin itulah yg ada dipikirannya.

Salah. Dia tak menyukainya sama sekali. Sebuah bogem mentah menimpa muka pria itu. Lalu sadar datang bahwa dia hanya boleh melihat, tidak boleh memegang.

Mungkin kalo dia pake benang yg agak banyakan buat nutupin "itunya" mungkin tak ada yg terpancing untuk memegangnya. Betul ?

Stop showing your stuff ladies, some people out there is sick.

updated 250208
Tayangan Khazanah di Transtv hari sabtu tanggal 230208 .
Dia bilang "kalo megangnya gini sih ga papa". Ternyata pria tersebut hanya salah dalam cara memegangnya saja.

Label:


Senin, 28 Januari 2008

 

Orang pintar di Indonesia

Pengen tau ada berapa orang pintar yang ada di Indonesia ?
Mungkin pertanyaan diatas bisa dijawab dengan melihat statistik angka penjualan antara produk jamu masuk angin "Tolak Angin" dengan "Bintangin". Bila ternyata "Tolak Angin" meraih peringkat yang lebih tinggi maka bolehlah kita berbangga hati karena "Orang pintar minum tolak angin". ;-)

Label:


Kamis, 24 Januari 2008

 

Alexander Sriewijono

Label:


Selasa, 08 Januari 2008

 

sekejap saja

tak terasa air mata
ku terjatuh ke bumi
teringat akan dia
yang tlah pergi dari diriku
yang tlah jauh dari diriku

dimanakah kau kini berada
aku ingin sekali bertemu
walau hanya sekejap saja
walau hanya untuk sesaat

waktu yang tlah berputar
meninggalkan mu disana
tapi tetap kau berada
dihatiku sampai kapan pun
dihatiku hingga saat ini

Label:


Senin, 07 Januari 2008

 

Resiko atau Risiko ?

Manakah menurut anda kata yang benar menurut tatanan bahasa Indonesia yang baku dan benar, Resiko atau Risiko?

Jika anda berpikir kalau resiko adalah jawaban yang benar maka ada kabar buruk yang harus anda dengar, anda salah. Tenang saja bukan anda sendirian saja kok yang salah, beberapa persen dari jumlah rakyat Indonesia di bumi ini mungkin juga salah, termasuk juga saya. Coba anda cek dengan search kata "Manajemen Resiko" pada google, pada hasil penelusuran akan terdapat 2 macam penulisan, resiko dengan e dan risiko dengan i.

Jika masih penasaran coba buka kembali Kamus Bahasa Indonesia anda. Coba anda cari kata resiko. Jika sudah lelah mencari, coba cari kata risiko, maka anda akan mendapatkan arti "akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan". Contoh dalam kalimat seperti "apa pun risikonya, saya akan menerimanya", "dia berani menanggung risiko dari tindakannya itu". Dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Cetakan kedua, Jakarta, Balai Pustaka, 1989.

Beberapa saat yang lalu, saya sempatkan membaca cetakan terbarunya di Gramedia untuk lebih meyakinkan diri. Dengan hati yang kalah saya terpaksa mengakui bahwa selama ini saya salah.

Label:


Rabu, 02 Januari 2008

 

Akhirnya selesai sudah

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan adik kandung saya Rochma Mardia Binti Alip Subagyo dengan mas kawin emas sebe@#$*^!~>?<**rat 45 gram, tunai" Sial, betapa lidah ini gak bisa diajak kompromi untuk mengucapkan dengan baik dan benar ijab diatas. Bersyukur benar saat penghulu dan para saksi pada akhirnya mengesahkan ijab qobul antara gw dan calon suami adik gw. Gw pikir bakalan gak sah. Alhamdulillah.

update 28/01/2008
Ternyata pas gw liat rekaman prosesi akad nikah adek gw, gw bilangnya Bin bukan Binti, seharusnya kan Binti..!!

Label:


 

Hujan menyambut tahun 2008

Hujan begitu dekat dengan kita akhir-akhir ini. Lihatlah bagaimana hujan mengakhiri tahun 2007. Begitu juga dengan awal tahun 2008 yang diawali dengan hujan.

Hujan sebuah berkah. Sebuah karunia. Begitu banyak hujan yang jatuh. Sebegitu juga dengan limpahan karunia yang diberikan sang empunya hujan.

Sepatutnya kita bersyukur ?

Walaupun hujan terus menerus diberikan kepada kita di bumi, hingga kita tak dapat lagi menampung semua limpahan karuniaNya.

Walaupun hujan telah berhenti dan limpahan air yang tertampung ditempat kita berpijak telah surut.

Walaupun hujan terlalu lama berhenti, sehingga tanah tempat kita berpijak pecah terbelah akibat kering yang teramat sangat merindukan hujan.

Selamat tahun baru 2008. Semoga semua akan lebih baik dari tahun lalu.

Label:


This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]