Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

Gw dan Java Jazz Festival

Gambar
Siapa bilang musik Jazz hanya dinikmati oleh sebagian orang-orang berduit alias kaya. Musik Jazz sudah membumi dan merakyat di negeri ini. Tapi tidak dengan tukang-tukang parkir "outsourcing" pada pagelaran Java Jazz ke 5 tanggal 5, 6, 7 Maret 2009 lalu. Mungkin dia menganggap semua yang pada nonton adalah orang-orang yang berduit. ". ..kan Jazz mas...!!! " jawabnya "berkelas" saat gw komplen soal Rp. 20.000 untuk parkir. Gile... Trus kalo ini pagelaran dangdut? musik pop? rock? campur sari? berapa jadinya.. lebih murah kali ya? dalam hati gw bertanya-tanya..

Telephone umum hari ini

Gambar
Disalah satu sudut Jakarta, telephone umum telah beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan krupuk dan styrofoam tukang bubur. Dulu telephone umum seperti ini menjadi idola saya dikala saya berada diluar rumah. Dijaman handphone belum menguasai hajat hidup orang banyak. Disaat itu banyak kenangan indah tentangnya. Tanpanya saya akan berdiri menunggu tanpa kepastian kehadiran seseorang. Tanpanya mungkin saya akan terkena tegur karena tagihan telephone rumah naik. Tanpanya mungkin akan terasa seperti ketinggalan handphone dirumah. Di Jakarta, sebuah fasilitas publik belum tentu selamat dari tindakan iseng atau vandalisme oleh sebagian dari publik itu sendiri. Entah dicorat-coret atau pada tingkatan yang lebih ekstrim, pengerusakan. Tindakan tersebut sangat tidak "saya banget", saya lebih senang dengan yang lebih kreatif. Teringat akan seorang teman melubangi koin seratusan logam dan diikatkan benang sehingga ia dapat menelpon berulang kali, ia menamakannya koin tarik. Lain hal d...

Aku dan jantung

Aku sendiri dengan detak jantung Bersautan dengan detik detik jam yang bergulir Entah sudah berapa kali ia berdetak Satu yang pasti, apa yang dikerjakannya Membuat aku masih hidup sampai saat ini Aku sendiri dengan detak jantung Bersama tenggelam dikedalaman air Bukan untuk mati Hanya untuk mendengarkan suara Degup-degup kehidupan Aku sendiri dengan detak jantung Mengikuti ketukan tiap-tiap nafas Begitu indah Seperti ketukan sebuah mesin drum Mengiringi ritme sampai akhir lagu Aku sendiri dengan detak jantung Merasa beruntung dan bersyukur Betapa ia berjalan tanpa ku suruh Untuk suatu tujuan yang pasti Sebuah pelajaran bagi yang berpikir Pagi, Ciumbuleuit, 20 Maret 2009